Petikan Film Jokowi


JOKOWIPOSTERFILMSaya menulis resensi film Jokowi ini bukan karena kampanye, atau apapun, namun ingin menyampaikan pesan moral dari film ini. Perlu diketahui, Saya adalah salah satu yang sangat tidak setuju jika Jokowi maju menjadi Presiden, karena menganggap Jokowi itu masih “Ndeso”, dilihat dari gaya berbicara dan gaya berpakaian. Tidak perlu memperanjang mukadimah yang ujung-ujungnya menjurus ke Politik. Bagaimanapun saya tetap mengapresiasi seorang Jokowi.

  • Film Jokowi diangkat dari kisah nyata sosok Jokowi dari mulai beliau lahir sampai dilantiknya beliau jadi seorang Gubernur DKI Jakarta. Di dalam film ini menceritakan dari beliau jadi anak seorang yang miskin, kemudian jadi pengusaha kayu/mebel hingga jadi orang nomor 1 di Jakarta. Pesan moral di dalam film ini antara lain:
    – Saling menghormati antar umat beragama
    – Menolak suap
    – Jujur
    – Menyayangi orang tua
    – Mendidik anak dengan baik
    – Rajin dan ulet
    – Bersyukur
    – Menolong sesama
    – Kekuatan doa seorang Ibu
  • Berawal dari lahirnya seorang anak dari pasangan Notomiharjo dan Sujiatmi pada tanggal 21 Juni 1961 di Surakarta yang diberi nama Joko Widodo. Notomiharjo adalah seorang tukang kayu yang kerja serabutan yang menikahi putri seorang Kepala Desa yaitu Lamidi Wiryo Miharjo. Walaupun menikahi seorang putri Kepala Desa, Notomiharjo tidak pernah mengharapkan harta dari keluarga istrinya itu.

    Tinggal di rumah kontrakan membuat Notomiharjo berjibaku mencari uang untuk membayar kontrakan. Penghasilan sebagai tukang kayu serabutan yang sangat kecil membuat Notomiharjo tidak mampu membayar kontrakan, sampai-sampai mereka harus menjual piring kesayangan pemberian dari ibunya. Pada saat akan menjual piring, Notomiharjo terjatuh dari sepedanya sehingga piring yang dibawa pecah. Akhirnya untuk mendapatkan uang Notomiharjo harus menggadaikan jam kesayangannya. Namun, uang hasil gadai tersebut belum cukup untuk membayar kontrakan, sehingga Pemilik kontrakan tidak segan-segan mengusir keluarga Notomiharjo.

    Sebagai seorang ayah, Notomiharjo mendidik Jokowi dengan baik. Pada saat Jokowi ketahuan berkelahi oleh ayahnya, berikut sepenggal kata-kata yang disampaikan Notomiharjo dengan nada marah, “Bapak gak pengen punya anak jagoan le, Bapak pengen punya anak yang migunani (berguna) bagi orang banyak, punya martabat dan lebih baik dari Bapakmu ini, Kalau anak mursal bapak yang salah karena ndak becus didik anak”. Percakapan ini sejenak membuat suasana rumah hening dan rasa penyesalan dari Jokowi.

    Jokowi kecilpun beranjak tumbuh besar di lingkungan yang saling menghargai antar umat beragama. Sewaktu masih sekolah SD dia rajin mengaji kadangkala dia berangkat mengaji numpang sepeda temannya yang beragama katolik.

    Di pengajian prestasi jokowi tidak segemilang di bangku sekolah dasar. Maklum, zaman segitu di Jawa masih ada partai komunis yang dapat mengancam kegiatan pengajian. Di Sekolah Dasar Jokowi selalu mendapatkan nilai 100 karena kepintarannya itu.

    Masa kanak-kanak yang jauh dari istilah berkecukupan telah dilaluinya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat anak kampung pemburu telor bebek ini untuk meneruskan sekolahnya ke pendidikan yang lebih tinggi. Kecintaannya pada Musik Rock yang tetap bertahan hingga saat ia menjadi pemimpin besar nantinya itu, seolah mampu memotivasi semangat hidupnya.

    Kisah cinta dengan Iriana, seorang gadis sederhana, teman sekolah adiknya menjadi pendorong semangat sang pemimpin masa depan ini untuk menghadapi berbagai tantangan. Sepeninggal Pak Notomiharjo, orang tua, guru sekaligus sahabatnya, Joko seperti tak mau tenggelam dalam kedukaan.

    Usahanya untuk membuktikan semua pelajaran dari sang ayah, makin keras ia lakukan. Dan waktu mengantarkan anak bantaran kali ini, menjadi sosok yang bukan hanya besar dimata orang-orang disekitarnya namun juga rendah hati dan selalu memanusiakan sesamanya. Dari pinggiran sungai di desa kecil yang bernama Srambatan, Joko telah mampu tampil menjadi pemimpin Kota Solo yang menulis lembaran baru.

    Setiap orang bangga akan kepemimpinannya, Kota Solo seperti menemukan pahlawan baru. Joko Widodo kini lebih dikenal sebagai Joko Wi, sebuah nama yang diberikan seorang pengusaha Prancis yang mengaguminya, yang mana telah menjadi tokoh yang berpengaruh bagi masyarakat Solo dan kelas akan menjadi tokoh yang berpangaruh di Indonesia.

    Berikut beberapa petikan percakapan yang memiliki hikmah mendalam dari film Jokowi ini

    • * Saat balita
      Pesan Semar kepada pendowo limo
      – Kedah tansah inget dateng shang hyang widhi{sang pencipto ingkang moho kuoso}
      – Tansah seng teteg{kuat} ndamel keapi’an dateng sesami.
    • Surakarta 1965
      – Dadi wong hebat iku gak perlu mentereng, mewah{sogeh, duwe jabatan} tapi yang penting dari hati.
      – Adanya keyakinan yang berbeda2 sebab tuhan menciptakan manusia yang berbeda beda tapi tetep satu keturunan dari Nabi Adam. Meskipun berbeda kita tetap harus saling menghomati dan berbuat baik.
    • Surakarta 1973
      – Bapak ingin punya anak yang migunani bagi orang banyak.
      – Kalau anak mursal bapak yang salah karena ndak becus didik anak.
      – Prawirogowi”jangan membuat janji kalo kamu tidak bisa menepati” karena janjimu itu juga didengar oleh Allah.
      – Setiap orang tua lebih menyayangi anaknya daripada dirinya sendiri.
      – Kata mbahku” berani itu ndak harus pakek otot tapi pakai otak”.
      – Dengan belajar dan ikhtiyar kita bisa memperbaiki hidup kita.
      – Lahir sebagai orang miskin iku ngak salah, tapi kalo mati sebagai orang miskin itu salah, tandanya kita itu tak berusaha. Padahal Allah memberikan kemampuan untuk berusaha.
    • * Saat SMA
      – Baju
      Yang bikin baju itu bagus atau jelek tergantung dari yang memakai. Meski jelek yang penting nyaman dan rapi.
      – Biarpun sekolah jelek tapi kamu belajar dengan tekun, menimba ilmu yang sebanyak banyaknya kamu tetep jadi orang pinter.
      – Saat berangkat kuliyah di UGM
      Pokoknya MADEP, MANTEB, KAREP {sadar tujuan, teguh hati dan niat yang kuat}
      – Tukang soto: yang datang kepada dia, banyak orang, macem macem permintaanya, dari permintaan yang banyak itu, dan bermacam macam itu, tukang soto tetep melayani.
      – Kalau ditengah tengah masyarakat bertemu dengan orang orang yang berbagai jenis. Mereka juga punya keinginan dan permintaan yang bermacam macam, tapi tetep kamu harus melayani.
      – Ada peribahasa “ngeluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake”{bagaimana memenangkan sesuatu tanpa membuat musuh yang dikalahkan itu merasa kalah atau direndahkan}.
      – Semua ada di tanganmu sendiri, tetep doa marang gusti, jujur n tawakkal.
    • * Saat remaja
      – Laki laki itu harus memperjuangkan perempuan yang dicintainya “IYO” ibaratnya mendaki gunung, menyebrang lautan, menerjang badai harus dilakukan. Kalau kamu takut karena gara-gara banyak saingan kamu jadi luluh.
      – Kalau kamu mati ya jangan berperang, kalau kamu ingin menang harus berani mati.
      – Cinta sejati itu tidak berhubungan dengan pintar merayu atau ndak.
      bermodal kejujuran dan kesungguhan, hanya itu….? ya ndak, dan berdoa kepada Allah{kalau dia benar-benar jodohku, Allah pasti memberi jalan}.
    • * Pesan sang kakek
      -Eleng-Eleng yang bisa melahirkan dan membunuh keyakinan itu yaa cuman diri sendiri. Orang lain cuman menambah atau mengurangi keyakinan itu. Jadi kamu hrus memiliki keyakinan dan menjaga keyakinan itu dengan sebaik-baiknya.
      – Yen wani ojo wedi-wedi, yen wedi ojo wani-wani.
    • * Pesan dari bapak
      – Setiap orang lahir dengan takdirnya sendiri, dengan sebisanya bapak dan ibu membesarkan kamu, tapi takdir itu ada ditanganmu sendiri.
      – Waktu bapak memberikan nama kamu Joko widodo, bapak berharap kamu akan jadi laki-laki yang selamat didunia akherat.
      – Itu cuma nama sederhana, kamu sendiri yang bisa membuat nama sederhana itu menjadi berharga.
      – Orang miskin itu juga manusia, dan mereka harus dimanusiakan.
      – Menolong orang itu tak perlu menunggu, apapun yang mampu kita lakukan, itulah yang seharusnya dilakukan.

    Rujukan : indosinema.com & Santri Cyber

Leave a comment